Thursday, January 1, 2015

Sekelumit Nilai Tarbiyah Islamiyah dalam Film :Assalamu’alaikum Beijing….

Seperti pada umumnya ketika sebuah novel diangkat ke layar lebar maka sering muncul komentar bahwa filmnya tak sebagus novel aslinya. Memang butuh kemampuan lebih bagi sang sutradara untuk bisa memvisualisasikan sebuah novel dalam layar lebar, sehingga wajar kemudian ada distorsi distorsi cerita yang disesuaikan dengan kebutuhan visualisasi novel dalam layar lebar. Tetapi paling tidak film Assalamu’alaikum Beijing bisa membantu orang yang baru pertama membaca novelnya untuk lebih memahami alur cerita dalam novel tersebut. Ada banyak perubahan dan penyederhanaan alur cerita di versi filmnya dibandingkan dengan versi novelnya. 

Versi Novel Vs Versi Film

Ada empat peran utama dalam cerita Assalamu’alaikum Beijing yaitu Asmara, Dewa, Zhongwen, dan Anita. Dalam versi novel alur cerita mulai dari pembangunan konflik sampai ke proses anti klimak melibatkan keempat tokoh tersebut secara detail, sedangkan dalam versi film hanya tokoh Asmara dan Zhongwen yang lebih menonjol. Versi film pun merubah agak banyak alur cerita dari versi novel meskipun substantive cerita sama. Versi film tidak banyak mengupas bagaimana asal muasal Zhongwen masuk Islam dan perjuangan Zhongwen masuk Islam, begitu juga konflik Dewa dan Anita juga tidak banyak diungkapkan dalam versi film. Proses pertemuan Asmara dan Zhongwen telah dimodifikasi dalam versi film, begitu juga keputusan Asmara untuk hijrah dalam hal konsep busana dan prinsip pernikahan juga tidak diungkap dalam film. Begitu juga akhir cerita versi novel lebih disederhanakan Ketika menonton film Assalamu’alaikum Beijing ini maka secara alur cerita sama seperti alur cerita dalam novelnya, yaitu mengalir dengan lambat. Dalam novelnya alur cerita masih bisa terasa aliran cerita yang menanjak yaitu dari proses klimak ke anti klimak cerita, sedangkan dalam versi filmnya proses pembentukan konflik sampai ke klimak dan anti klimak sangat datar sekali, bahkan sangat mudah untuk ditebak alur cerita yang akan ditampilkan. Kelebihan dalam versi filmnya adalah kesan romantisme yang mengharu biru terasa lebih mendalam dibandingkan versi novelnya. 

Dimanakah Nilai Tarbiyah Islamnya ?

Sejak awal menonton film ini bagi yang kurang sabar mungkin akan berpendapat “ah mana nilai nilai Islamnya”, tapi baru diakhir menjelang selesai film ini menyuguhkan nilai nilai tarbiyah Islam bagi para penontonnya. Diawal film ini memang kurang kaya nilai nilai tarbiyah Islam nya, mungkin kekecewaan penonton bisa diobati dengan suguhan keindahan alam China dan sejarah Islam di China. Baru pada sekuel akhir versi film ini penuh dengan nilai tarbiyah Islamiyah. Percakapan Asmara dan Zhongwen di masjid Niujie tentang adab pergaulan dalam Islam, atau pun percakapan Asmara dan Zhongwen tentang pendapat Zhongwen bahwa agamalah yang menjadikan manusia berperang dan bermusuhan, sehingga lebih baik tidak perlu agama supaya manusia tidak bermusuhan, atau pun percakapan antara Zhongwen ketika ditanya oleh Dewa apa agamanya, yang dijawab oleh Zhongwen “Saya mengakui adanya Tuhan tapi tidak percaya pada agama”. Dua percakapan itu yang dalam versi novelnya tidak ada sama sekali. Begitu juga pernyataan Ridwan kepada istrinya ketika terharu melihat Zhongwen melamar Asmara yang sudah tervonis terkena penyakit APS yang menyatakan “Makanya iman yang utama, romantis akan mengikuti” tidak ada dalam versi novel. Dalam versi novel pembaca akan disuguhi nilai nilai tarbiyah Islamiyah yang kaya dan tajam, nilai sejarah Islamnya pun lebih terasa di versi novelnya.

Dalam versi filmnya nilai tarbiyah Islamnya kurang begitu tajam, maka wajar jika beberapa penonton mungkin kecewa karena tidak merasakan kuatnya pesan nilai nilai Islamnya. Tetapi jika kita cermati lebih tajam maka film maupun novelnya mencoba untuk mengingatkan kita tentang nilai nilai Islam antara lain :

  1. Allah itu senantiasa memberikan solusi yang terbaik kepada manusia, meskipun kadangkala solusi dari Allah dianggap oleh manusia sebuah musibah atau pun sebuah kesengsaraan bahkan mungkin adzab, padahal itu merupakan solusi terbaik dari Allah kepada manusia. Dalam cerita ini digambarkan bahwa munculnya cinta segitiga antara Asmara, Zhongwen, dan Dewa menimbulkan konflik batin bagi Asmara dan Dewa, serta menyiksa Anita. Akhirnya dengan diberikan rasa sakit APS oleh Allah kepada Asmara menjadi solusi yang terbaik buat semuanya. Penyakit APS yang diderita oleh Asmara menjadikan Dewa mampu melepas rasa cintanya kepada Asmara sehingga mampu berdamai dengan keadaan untuk menerima Anita sehingga Anita bisa menjadi istri Dewa sepenuhnya. Asmara pun akhirnya menemukan cinta sejatinya pada diri Zhongwen, dan Zhongwen pun akhirnya menemukan kebahagian bersama Asmara. Subhanaallah…sungguh rapi skenaria Allah dalam memberikan solusi terbaik buat semuanya (win-win solution) 
  2. Cerita Assalamu’alaikum Beijing ini pun memberikan pesan kepada semua pasangan bahwa pesona biologis itu akan cepat hilang, hanya pesona non biologis saja yang tak akan pernah hilang. Rasa cinta kepada pasangan akan cepat hilang ketika rasa cinta itu hanya didasarkan pada pesona biologis. Pesona non biologis itulah yang bisa merawat rasa cinta sesama pasangan suami istri. Betapa Dewa yang sejak awal menyatakan bahwa cinta sejatinya adalah Asmara, tetapi begitu pesona biologis Asmara pudar karena terkena penyakit APS maka hilang pula lah cinta Dewa kepada Asmara
  3. Fiksi Assalamu’alaikum Beijing ini pun memberikan pesan kepada kita semua bahwa cinta sejati itu akan muncul dalam diri pasangan suami istri jika dilandasi dengan rasa iman kepada Allah. Sebagaimana pesan Rasul, bahwa seseorang itu dinikahi karena empat hal yaitu kecantikannya, kekayaannya, keturunannya, dan agamanya, maka pilihlah agamanya supaya kita beruntung. Zhongwen mampu tetap mencintai Asmara meskipun kondisinya tidak normal kembali karena Zhongwen mencitai Asmara karena iman yaitu karena agamanya Asmara. Zhongwen merasa mendapatkan hidayah Islam itu dari Asmara, dan dari sosok Asmara tersebut Zhongwen merasa akan bisa bersama sama menuju surga-Nya. 
Film ini cukup layak sebagai salah satu alternative tontonan keluarga,cocok untuk suami istri saling merenung akan cinta sejatinya atas apa ? Cocok pula buat para pemuda dan pemudi yang sedang galau cari pasangan hidup untuk bisa memiliki mindset yang benar dalam memilih pasangan hidup. Lebih nendang pesan Islamnya jika kita membaca novelnya.Karena itu disarankan setelah nonton baru membaca novelnya, atau bagi yang sudah membaca novelnya untuk menonton filmnya supaya bisa merasakan haru birunya romantisme Asmara dan Zhongwen.

Thursday, April 22, 2010

TRUST...!!!

Saling percaya merupakan modal dasar utama dalam membangun tim kerja yang efektif, karena tanpa kepercayaan -trust- sulit untuk membangun tim kerja yang efektif. Jika suatu tim kerja tanpa ada trust didalamnya maka yang ada hanyalah persaingan tidak sehat, suka saling mencari kesalahan, suka melempar masalah ke orang lain, saling mencari selamat sendiri-sendiri, yang pada akhirnya tujuan besar yang ingin dicapai akan terabaikan. Trust merupakan salah satu hal yang mendasar untuk menciptakan keselarasan tujuan - goal congruence -, karena dalam suatu tim manajemen pasti akan banyak tujuan, mulai dari tujuan pribadi yang ingin dicapai oleh setiap orang yang ada di dalamnya sampai dengan tujuan dari setiap fungsi dan lini manajemen, nah sikap dan rasa saling percaya - trust - itulah yang akan mensinkronkan dan menselaraskan tujuan-tujuan tersebut untuk menuju tujuan bersama.
Trust memang ibarat pisau yang bermata dua, satu sisi trust - sikap saling percaya - akan membantu suasana kerja yang saling bersinergi untuk mencapai tujuan bersama, tetapi disisi lain sikap saling percaya juga akan menimbulkan sikap ketidakprosefesionalan serta rentan dengan unsur KKN dan penyimpangan. Namun saya tetap percaya bahwa sikap saling percaya jika dibangun melalui sistem kerja dan sistem manajemen yang bagus akan bisa menghindarkan dari sikap ketidakprofesionalan, KKN, dan penyimpangan.
Berdasarkan fakta dan pengalaman yang ada, dengan mekanisme sistem pengambilan kepautusan yang partisipatif, di dukung dengan SOP yang jelas dan terstandar, dengan sosialisasi dan internalisasi visi serta misi besar bersama maka sikap saling percaya yang dibangun dan ditumbuhkan akan bisa melahirkan tim kerja yang efektif, artinya sisi maslahatnya lebih besar daripada sisi madharatnya.
Bayangkan jika dalam suatu tim kerja - satu kantor - sudah tidak ada lagi rasa trust diantara rekan kerja maka yang ada pastilah suasana untuk mencapai tujuan-tujuan pribadi seperti selamat dari amarah bos, tercapai target fungsi, tidak mau tahu urusan orang lain yang sesungguhnya apa yang dia kerjakan sangat berdampak dan dipengaruhi oleh kerja fungsi yang lain, sehingga muncul sikap saling menyalahkan, sikap saling lempar masalah, sikap untuk menyelamatkan muka diri sendiri, yang pada akhirnya tujuan besar tim tidak tercapai karena termarjinalkan oleh tujuan-tujuan pribadi dan fungsi yang bersifat jangka pendek. Maka jika dalam satu tim - satu kantor - sudah tidak ada trust lagi satu diantara yang lain maka niscaya insyaallah lambat tapi pasti tim itu akan gagal mencapai tujuan bersama….
Lalu bagaimana membangun trust itu…? pertama harus ditegakan mekanisme syuro (rapat) dalam pengambilan keputusan, sehingga keputusan akan bersifat partisipatif, ada proses komunikasi bersama, ada proses untuk bertanggung jawab bersama atas hasil keputusan, menghindarkan keputusan yang bersifat pribadi, keputusan akan bersifat komprehensif dengan menselaraskan tujuan-tujuan pribadi dan fungsi menuju tercapainya tujuan bersama (goal congruence), insyaallah dengan demikian akan menciptakan suasana kerja saling bersinergi bukan dalam prespektif menang - kalah tapi senantiasa dalam prespektif win-win.
Bagaimana dengan kantor dan tim kerja anda, adakah trust dalam diri anda terhadap rekan kerja anda?…..

Nafsu Bisa Bikin Manusia Bodoh

Seringkali kita melihat dalam kehidupan sehari-hari di sekitar kita baik yang kita lihat secara langsung maupun yang kita baca, kita dengar, dan kita lihat dalam media massa betapa kita melihat banyak orang pinter yang menjadi bodoh akibat tergoda untuk bisa mendapatkan sesuatu untuk kepentingan diri sendiri. Banyak orang yang pinter saat masuk dalam dunia politik dan dunia pemerintahan menjadi orang bodoh, bodoh dalam artian semua pendapat dan tindakannya sugguh sangat tidak bisa dirasionalkan dengan argumentatif ilmiah maupun rasio/logika pemikiran manusia.

Coba tengok saja saat kita melihat beberapa sengketa pilkada di beberapa daerah banyak orang pintar yang kadangkala pendapat dan tindakannya sulit untuk dimengerti secara ilmiah dan rasio pikiran. Coba tengok kasus salah tangkap oleh polisi dan salah putusan oleh hakim, betapa dengan dilingkupi oleh nafsu untuk menjaga harga diri dan kehormatan orang berupaya untuk mengelak dan tidak mengakui sebuah kesalahan secara jantan.

Memang saat nafsu lebih mendominasi dalam diri kita maka tindakan, ucapan, dan pikiran kita tidak mencerminkan kepandaian kita sebagai manusia. Nafsu itu pulalah yang menjadikan kita tidak bisa bersikap cerdas dan bernas. Nafsu itu juga yang menjadikan diri kita sulit untuk menerima sebuah kebenaran dari orang lain, dan mengakui kelemahan diri sendiri. Nafsu juga yang menjadikan manusia tidak bisa obyektif dan independen dalam bersikap.

Pantas saja para orang kafir Qurais tidak mau menerima ajaran Rasulullah bukan karena mereka bodoh atau tidak memahami kebenaran tetapi lebih banyak disebabkan nafsu untuk menjaga harga diri dan kehormatan sehingga mereka menolak kebenaran yang ada meskipun mereka dalam hatinya mengakui kebenaran yang disampaikan oleh Rasulullah.

Pada saat nafsu sudah menguasai diri kita maka menjadikan hati kita tertutup dari kebenaran, yang ada hanyalah pikiran bagaimana nafsu kita yang berupa nafsu harga diri, kemenangan dan kesombongan, nafsu jabatan dan kedudukan, dll yang akan menuntun kita untuk bertindak dengan segala cara yang penting nafsu kita terpuaskan.

Nafsu itu pula yang kadangkala menjadikan kita tidak bisa menghormati orang lain, nafsu juga menjadikan kita susah menerima pendapat oranglain, nafsu pula yang menjadikan diri kita takut kalah dan susah mengakui kelemahan diri sendiri

Jadi, jika kita ingin menjadi orang yang pandai dan bijak maka kendalikan nafsu kita, jangan sampai diri kita terselimuti oleh nafsu, apalagi saat kita berdiskusi dan bertukar pendapat dengan orang maka jika nafsu yang menangungi pikiran kita niscaya kita tidak akan bisa meraih sebuah kebenaran

SPIRIT SYURGA....

Rasa bosan dan jenuh merupakan hal yang sering kita alami sebagai manusia, dan itu adalah manusiawi sekali. Sering kali kita merasa semangat dan tiba-tiba jadi tidak semangat, bosan, dan jenuh yang akhirnya malas untuk bertindak dan berbuat. Dan ternyata rasa bosan dan lelah itupun dirasakan oleh para sahabat Rasulullah, dikala mereka harus terus-terusan berjihad dan berda’wah mereka juga dihinggapi oleh rasa bosan dan jenuh.

Ada sebuah riwayat yang menceritakan dikala ada seorang sahabat yang sedang berjalan bersama rombongan pasukan Rasulullah, lalu melewati sebuah lembah yang indah, teduh, dan nyaman maka ada seorang sahabat yang berkata ” Seandainya Rasulullah mengijinkan maka aku akan berlama-lama di sini, betapa nikmatnya jika bisa menyendiri di sini dengan memperbanyak ibadah kepada Allah”. Mendengar perkataan itu maka Rasulullah menyahut perkataan sahabat tadi “Jangan kau lakukan, sesungguhnya jihad yang engkau lakukan itu lebih mulia kedudukannya daripada sholat 70 tahun di dalam rumahmu, apakah engkau tidak menginginkan jika dengan jihadmu maka engkau akan mendapatkan ampunan Allah terus menerus dan akan mendapatkan syurga Allah yang mengalir sungai-sungai di dalamnya ?, sesungguhnya siapa saja yang berjihad di jalan Allah walau hanya selama orang memerah susu maka wajib syurga baginya”. Begitu juga ada riwayat yang menceritakan pada saat perang Badr ada salah seorang sahabat yang sedang bermalas-malasan sambil mengunyah kurma, melihat hal itu maka Rasullullah berkata” Wahai kaum muslimin tegakanlah badanmu, songsonglah syurga yang luasnya seluas langit dan bumi” mendengar seruan Rasulullah itu sahabat tadi berujar ” Seluas langit dan bumi ya Rasulullah? ” ” Ya, kenapa?” tanya Rasulullah, “Sungguh beruntung jika mendapatkannya” kata sahabat tadi, “Kenapa engkau berkata begitu” tanya Rasulullah, “Karena saya sangat menginginkannya untuk mendapatkan syurga itu” kata sahabat tadi, maka Rasulullah berkata ” Sesungguhnya engkau adalah salah satu orang yang dijanjikan untuk mendapatkan syurga Allah itu”, maka seketika itu sahabat tadi berkata” Wah alangkah ruginya jika aku menunggu selesainya makan kurma ini untuk mendapatkan syurga itu” sambil meludahkan kurma yang masih ada di mulutnya dan kemudian sahabat tadi langsung bangkit dari duduknya sambil mengambil pedangnya dan kemudian di mendapatkan syahidnya dalam medan peperangan.

Para sahabat tadi bisa langsung bersemangat kembali saat mengalami kelesuan semangat karena syurga menjadi impian mereka yang ingin diraihnya. Jika kita menilik beberapa hadist dan ayat-ayat Al-Qur’an banyak kita lihat bagaimana Allah dan Rasul-Nya memberikan motivasi pada kita untuk senantiasa bersemangat dalam berbuat amal kebajikan dan berupaya sekuat tenaga menghasilkan amal-amal terbaik (ihsanul amal) dengan iming-iming syurga yang keindahan dan kenikmatannya tidak pernah terbayangkan dalam benak manusia.

Mungkin tidak saat kita mengalami kepayahan dan kelesuan jiwa dalam bekerja maka syurga bisa menjadi spirit dan motivasi kita untuk bangkit kembali untuk berkarya. Spirit syurga itulah yang akan menjadikan segala capek dan letih lesu kita tidak akan terasa. Semua yang kita lakukan dengan spirit mencari syurga Allah maka akan menjadikan semua pekerjaan berat dan besar akan terasa ringan dan mudah. Spirit syurga juga akan mendorong kita untuk melakukan amal kebajika dengan sebaik-baiknya.

Insyaallah dengan senantiasa menghadirkan syurga di depan mata kita maka bayangan kesulitan dalam menyelesaikan segala pekerjaan berat dan besar akan sirna dalam pikiran kita, sebab semua kelelahan dan kecapekan kita akan tergantikan oleh nikmatnya syurga Allah yang tida tara. Jika pun kita gagal dalam hal tertentu maka insyaallah setiap amal yang kita usahakan pasti ada nilainya di mata Allah dan insyaallah akan ditukar oleh Allah dengan syurga-Nya seluas langit dan bumi

Bagi saya syurga Allah merupakan inspirasi dan spirit bagi saya untuk senantiasa bergerak dan bergerak untuk berbuat sesuatu yang terbaik dalam hidup ini. Saya ingat betul ada suatu hadist yang mengatakan bahwa sesungguhnya Allah akan menunjukan jalan menuju syurga bagi setiap orang yang berjihad menuntut ilmu. Hadist itulah yang menjadi inspirasi saya dikala jenuh dalam belajar, dan di salah satu ayat Al-Qur’an Allah mengatakan bahwa akan ditunjukkan jalan oleh Allah bagi siapa saja yang bersungguh-sungguh dalam beramal. JIka kita ingin senantiasa bergerak dan bersemangat dalam beramal untuk menghasilkan amal yang terbaik maka hadirkanlah syurga Allah dalam setiap kali kita melakukan amal insyaallah semua akan lebih terasa indah dan nikmat.

HIDUP INI IBARAT MAIN GAME

Beberapa waktu yang lalu saya diskusi panjang dengan salah seorang temen tentang apa itu takdir kehidupan. Bagi saya diskusi ini cukup menarik, karena sering kali kita mengatakan sesuatu yang menimpa kita adalah takdir Allah semata, sehingga seringkali ada orang yang protes kenapa saya ditakdirkan begini oleh Allah ? bahkan ada yang lebih konyol ada yang protes sepertinya Allah tidak adil terhadap dirinya.

Kata temen saya, kehidupan kita ini adalah ibarat main game. Coba tengok sebuah program game dibuat, semua ada alurnya, dan alur itu tidak satu tetapi banyak alur, karena itu pada saat kita melakukan pilihan tindakan dalam permainan game maka kita akan masuk dalam alur permainan yang kita pilih sampai kita mendapatkan akhir dari permainan itu. Setiap pemain game akan diberikan pilihan-pilihan mau ambil alur yang mana, dan kita pun diberikan pilihan-pilihan ketika kita mainkan game dalam sebuah alur yang kita pilih.

Begitu juga kehidupan kita, maka sesungguhnya Allah telah menyediakan berbagai macam alur kehidupan kepada kita. Dan Allah telah mengilhami kepada kita kemampuan untuk berpikir dan menganalisa pilihan alur mana yang akan kita pilih dalam menjalani kehidupan ini. Dan setelah kita memilih alur kehidupan kita maka kita akan menjalani setiap proses kehidupan yang terjadi dalam alur kehidupan itu sampai dengan akhir dari alur kehidupan itu sendiri.

Jadi alur kehidupan itulah takdir Allah, sebenarnya Allah banyak memberikan pilihan kepada kita untuk memilih alur kehidupan yang akan kita jalani, maka pada saat orang protes bahwa Allah tidak adil dengan mentakdirkan sesuatu pada diri seseorang maka sesungguhnya dia protes pada diri sendiri, sebab Allah tidak pernah memaksakan pada kita untuk memilih alur kehidupan yang mana dari sekian alur kehidupan yang disediakan Allah untuk kita. Itulah kebesaran Allah, yang memebrikan kebebasan kepada manusia untuk memilih alur kehidupannya.

Cuman kadangkala kita tidak sabar dalam menjalani alur kehidupan yang sudah kita pilih sehingga kita sulit untuk menrima kenyataan hidup yang kita pilih padahal Allah masih membuka peluang dengan pilihan-pilihan dalam alur kehidupan yang kita pilih. Maka sesungguhnya apa yang terjadi dalam kehidupan kita selain merupakan kehendak Allah dengan membuat template kehidupan bagi kita juga merupakan hasil usaha yang kita upayakan atas kebebesan yang diberikan Allah kepada kita untuk memilih dan berusaha.

Coba renungkan dan kita ulas balik perjalanan hidup kita mulai dari kecil sampai sekrang ini maka kita akan menemukan bahwa sesungguhnya selama ini kita diberikan pilihan-pilihan alur kehidupan. Ada seorang sahabat Rasulullah yang mengatakan bahwa sesungguhnya pada saat seseorang terhindar dari satu takdir Allah maka sesungguhnya dia akan masuk dalam takdir Allah yang lain. Pada saat kita mau sekolah SMA pasti kita dihadapan pilihan, mungkin kita saat ini boleh berkata “untung saya sekolah disini”, sebenarnya semua yang terjadi itu semua telah diskenariokan Allah untuk diri kita, kita hanya mempunyai kemampuan untuk memilih skenario Allah yang mana yang akan kita pilih untk kita jalani. Bila kita telusuri peta kehidupan kita masa lalu sampai sekarang maka kita akan mendapattkan sebuah pola kehidupan, dan mungkin kita akan berguman “kenapa kita tidak milih yang itu” atau kita berkata dalam hati “untung saya pilih tindakan yang ini”. Maka sesungguhnya begitu kita telah memilih maka roda kehidupan kita akan berputar pada jalur kehidupan yang telah kita pilih, dan setiap jalur kehidupan itu warna-warna kesenangan, kegembiraan, dan kedukaan, serta warna kehidupan yang lain berbeda-beda titik dan panjangnya, tapi yakinlah jika kita bersabar maka bila saat ini roda kehidupan kita berada pada jalur kesedihan maka akan segera bergeser pada titik kebahagian, seberapa lama roda kehidupan kita akan berpindah tergantung usaha kita.

Jika...Kalau...Maka....

Beberapa hari ini saya teringat kembali akan sebuah dialog kecil yang pernah saya baca dari sebuah tulisan. Mungkin dialog itu lucu tetapi bagi saya perlu untuk saya renungkan kembali supaya saya bisa menjadi hamba yang bersyukur…

Ada pasangan suami istri yang naik mobil mewah, suami dari wanita itu adalah seorang direktur perusahaan ternama. Karena bensin mobilnya tinggal sedikit maka mereka menuju ke satu SPBU terdekat untuk mengisi bensin mobil mereka. Maka berhentilah mereka di sebuah SPBU. Pada saat mobil diisi bensin dan suami wanita tadi keluar untuk membuka penutup tangki bensin mobilnya, tiba-tiba istrinya keluar dari mobil dan berjalan menuju ke salah seorang petugas SPBU yang agak jauh dari mobil mereka. Suaminya memperhatikan istrinya dari jauh yang nampak asyik dan akrab berbicara dengan lelaki petugas SPBU itu. Begitu bensin terisi penuh maka suami wanita tadi memanggil istrinya dengan membunyikan klakson mobil, maka segera wanita tadi bergegas menuju mobilnya. Pada saat di dalam mobil suaminya bertanya kepada istrinya “Siapa lelaki itu ?”, ” oh itu mantan pacar saya sewaktu SMA dulu ” jawab istrinya, “Wah untung ya kamu dapat saya, jika kamu nikah dengan dia tentu sekarang kamu akan menjadi istri petugas SPBU bukan jadi istri direktur seperti saya ” kata suaminya, istrinya langsung menimpali “Oh…seharusnya kamu yang beruntung menikah dengan saya, sebab jika tidak menikah dengan saya maka kamu mungkin tidak akan jadi direktur seperti saat ini ” timpal istrinya………

Pertama kali membaca dialog tersebut saya senyum sendiri, bila saya ingat-ingat waktu sibuk pilih istri dulu saya pingin milih si A atau Si B eh ternyata dapat istri saya saat ini he…he,,,,jujur aja kadangkala ada perasaan menyesal di awal dan saya pikir perasaan seperti itu pasti dialami oleh setiap pria yang baru menikah…tapi bila saya renungkan maka jika saja saya tidak menikah dengan istri saya saat ini maka saya tidak akan bisa menjadi seperti saat ini…jadi inilah sebuah takdir. Bisa jadi ada seseorang yang saat ini menyesal menikah dengan istrinya saat ini maka sesungguhnya belum tentu jika dia tidak menikah dengan istrinya sekarang maka dia akan bisa menjadi seperti saat ini atau lebih baik daripada saat ini.

Setelah saya renungkan dialog kecil tadi, maka tanpa saya sadari muncul rasa syukur yang tak terhingga dalam dirisaya karena saya ditakdirkan Allah menikah dengan istri saya saat ini. Karena bisa jadi jika saya tidak menikah dengan istri saya saat ini mungkin saya tidak akan bisa menjadi seperti saat ini. Saya jadi mikir seandainya saya menikah dengan si A atau si B belum tentu saya bisa seperti saat ini dan belum tentu pula si A atau si B itu akan seperti saat ini. Dan baru kali ini saya merasakan syukur yang sangat dalam kepada Allah yang telah mentakdirkan saya menikah dengan istri saya saat ini.

Jadi jangan sampai kita melupakan peran istri kita, terlepas dari segala kekurangan yang ada dalam diri istri kita sebagai manusia maka sesungguhnya ada sebuah takdir kita yang melekat bersama istri kita yang menjadikan kita bisa menjadi seperti saat ini. JIka kalau pun kita belum bisa menjadi apa yang kita inginkan sampai saat ini maka jangan sampai ada perasaan menyesal telah menikahi istri anda saat ini karena bisa jadi jika anda menikah dengan orang lain belum tentu kondisi anda akan lebih baik dari saat ini atau pun belum tentu jika anda menikah dengan orang lain anda akan mendapatkan apa yang anda inginkan. Jadi syukurilah atas takdir Allah yang menikahkan anda dengan istri anda saat ini, insyaallah akan banyak kebaikan yang akan anda terima dengan mensyukuri takdir Allah untuk menikahi istri anda saat ini, insyaallah, biidznillah……..

Maka dibalik kesuksesan seorang pria sesungguhnya ada kontribusi tidak langsung dari seorang istri, entah itu berupa dukunganya nyata dari istri anda atau pun takdir anda yang melekat dalam diri istri anda saat ini.
Bookmark and Share

Sunday, July 26, 2009

MEMBAGI CINTA

Seminggu yang lalu saya bersama temen-temen kantor lama mengadakan silaturrahim ke salah satu rumah temen yang baru saja menikah lagi. Kami ke rumahnya karena saat acara pernikahannya kami semua tidak bias hadir, jadi sekalian acara perpisahan saya dengan temen-temen kantor lama maka kami memutuskan untuk singgah ke rumahnya. Ya…temen saya tadi menikah yang kedua sekitar enam bulan yang lalu, maksudnya menikah lagi bukan karena istrinya meninggal atau cerai tetapi istri pertamanya masih ada dan masih syah sebagai istrinya, alias temen saya itu berpoligami.
Terus terang saja saja pada enam bulan yang lalu pada saat menerima undangannya saya sangat terkejut sekaligus senyum-senyum sendiri tak kala membaca undangannya. Karena baru kali ini saya menerima undangan poligami, dan baru pertama kali ini saya melihat langsung orang dekat saya melakukan poligami. Kontan saja temen-temen sekantor saat itu pada heboh, heboh pertama karena di kantor ada juga temen yang gembar-gembor mau poligami tetapi sampai sekarang dia belum berpoligami bahkan sekarang mulai munndur ke belakang, katanya “dah tobat”, heboh kedua karena temen saya ini tak suaranya untuk berpoligami tak sekencang temen yang satunya. Ya dia menikah lagi dengan seorang janda dengan tiga orang anak yang ditinggal mati oleh suaminya. Saya mungkin tak mau ceritakan tentang kenapa dia mau poligami, dan bagaimana caranya istrinya mau di”madu” serta bagaimana istri keduanya itu mau jadi istri muda meskipun sudah gak muda lagi, karena itu ceritanya panjang, dan agak privasi. Saya cuma mau memberi catatan penting saja yaitu lintasan pikiran saya ketika saya berkunjung ke rumahnya....
Temen saya itu saat ini tinggal berdua dengan istrinya dan tiga orang anaknya dari istri kedua. Rumah istri-istrinya saling berdekatan, hanya dipisahkan tembok, tetapi di belakang rumahnya ada dapur yang jadi satu, jadi katanya tiap hari istri-istrinya itu masak bersama-sama. Hmm….kalo denger ceritanya asyik juga, seperti film ayat-ayat cinta itu cuman sampai di rumah saya jadi berpikir bagaimana caranya ya temen saya itu dapat membagi cintanya…??? Saya memang belum bertanya ke temen saya tentang soal itu tapi saya coba membayangkan bahwa betapa sulitnya membagi cinta karena berdasarkan apa yang saya rasakan membagi cinta itu susahnya luar biasa……
Saya jadi ingat kejadian tak kala istri saya cemburu pada saya ketika saya lebih banyak menghabiskan waktu dengan ibu saya, atau tak kala anak saya yang pertama marah dan ngambek ke saya ketika saya terlalu memperhatikan adiknya yang masih kecil. Rasanya saya sulit membayangkan bagaimana cara membagi komunikasi yang intim jika saya punya istri dua…? Karena komunikasi yang intim, hanya berdua saja adalah kebutuhan komunikasi pasangan suami istri, lalu jika punya dua istri bagaimana ya cara dan rasanya..? Saya saja punya dua orang sahabat dekat sejak kecil sering saya rasakan keintiman saya berbeda antara sahabat saya yang satu dengan yang lain. Saya rasa itulah tantangan besar yang akan dihadapi jika seorang laki-laki melakukan poligami yaitu membagi cinta.
Adil dalam membagi cinta dalam poligami adalah tantangan besar dalam hidup berpoligami, dan itu disebutkan Allah dalam Surat An-Nisa ayat 3 : “Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil maka kawinilah seorang saja”. Saya rasa itulah keindahan Islam dalam memandang poligami, artinya Islam itu membolehkan menikah lebih dari satu tetapi tidak boleh lebih dari empat, tetapi jika melihat ayat tadi maka kemampuan berpoligami itu hanya dimiliki oleh segelintir orang saja, karena tidak semua laki-laki mampu berpoligami, dan menurut saya hanya satu syarat utama seorang lelaki mampu berpoligami yaitu jika mampu membagi cintanya secara adil, adil dalam artian bukan membagi rata tetapi memenuhi hak-hak istri-istrinya secara ma’ruf. Karena membagi cinta sama rata itu adalah tidak mungkin, karena pastilah kita akan memiliki satu kecenderungan. Cinta kita pun kepada anak tidak bisa merata meskipun kita berusaha untuk membagi cinta kita kepada anak-anak kita secara adil, karena jika kita mau jujur dari hati terdalam kita pasti punya perasaan cinta yang lebih besar pada satu diantara anak-anak kita, tapi kita sebagai orang tua tidak mau menunjukan itu, kita pun berlaku adil hanya secara fisik cinta kepada anak-anak kita, tetapi sejatinya kita memiliki ruh cinta yang lebih pada salah satu anak kita. Dan itu pun dirasakan oleh Rasulullah SAW betapa beliau sangat mencitai Khadijah daripada yang lain.
Jadi adil menurut saya dalam adil membagi cinta saat kita berpoligami hanya bisa adil secara fisik yaitu memenuhi hak-hak yang nampak, dan mau memperhatikan setiap kebutuhan istri-istrinya, bukan membagi rata karena itu pasti tidak mungkin. Maksud tulisan ini saya bukan mengajak pembaca untuk berpolemik dalam pro dan kontra dalam masalah poligami, tetapi sekedar untuk merenungi tentang makna membagi cinta entah itu kepada istri, ibu, atau anak-anak. Cuman satu catatan penting saya adalah janganlah kita memandang hina kepada orang-orang yang melakukan poligami, dan juga janganlah kita mengagung-agungkan poligami. Yang harus kita sepakati bahwa poligami itu diperbolehkan oleh Islam, cuman tidak semua orang bisa berpoligami, dan siapa yang bisa berpoligami adalah tergantung pada kondisi kita akan jatuh pada hukum apa atas poligami itu atas diri kita, apa wajib, sunnah, makruh, mubah, atau haram…??? Kondisi kitalah yang akan menentukan hokum poligami atas diri kita, karena secara umum hukum poligami itu boleh (mubah) bukan wajib dan bukan sunnah, maka penjatuhan hukum poligami harus dilihat kasus per kasus bukan mengeneralisasinya baik ke ranah haram atau pun ke ranah sunnah. Tetapi jika sampai kita mengingkari poligami maka secara tidak langsung kita akan mengikari Al-Qur’an, jika sampai begitu maka akan merusak keimanan kita. Bisa jadi sesuatu yang kita anggap jelek boleh jadi akan mendatangkan kebaikan pada diri kita, dan sebaliknya sesuatu yang kita pandang baik, boleh jadi akan membawa keburukan.
Wallahu’alam bisshowab..

Saturday, July 11, 2009

AKU MAU LIMA….

Ketika bulan-bulan pertama iziz masuk sekolah. November 2008…ada temannya yang ultah….
“Bunda,…tadi vensya ulang tahun. Katanya umurnya sudah lima tahun….aku berapa bunda? Aku mau ulang tahun juga…”
“Kakak kan sudah ulang tahun kemaren. Lupa ya? Yang dikasih kado sama ayah? Mobil remot…? Lupa?....”
“ o iya…tapi aku ulang tahun yang ke berapa?”
“Kakak ulang tahun yang ke empat.”
“Vensya kok katanya ke lima? Aku mau ulang tahun lagi. Yang ke lima seperti Vensya…”
“Ya tahun depan kak….”
Aku mengerti, dia belum paham.
“Vensya kok sudah lima tahun? Kenapa aku empat tahun?..”
“Karena Vensya lahirnya duluan…”
“Iya, tapi kenapa, bunda?....aku mau seperti temanku. Lima tahun!””
“Belum, Nak. Kakak lima tahunnya tahun depan….”
Aku tau dia belum paham juga.
Mungkin ada tiga harian dia membicarakan masalah ulang tahun itu. Dia bingung, kenapa vensya 5 tahun, kenapa aku empat tahun. Kenapa usiaku tidak sama.
Waktu berlalu. Bulan berganti bulan. Sekarang sudah 2009. Kadang dia masih bertanya. “Bunda, apa aku sudah lima?”
“Belum nak. Kakak masih 4 tahun 6 bulan” jawabku suatu ketika.
Bulan juni 2009 kemaren dia tanya lagi.
“Bunda, aku ulang tahunnya bulan apa ya?”
“Bulan Juli, Nak”
“Apakah bulan juli sudah dekat?”
Ya. Setelah Juni habis, trus Juli.”
“Kalo begitu aku mau lima tahun ya…”
Aku menatapnya haru. “Ya…hampir lima tahun. Sedikit lagi…”
“yeeeee….aku mau lima….aku mau lima….” Karena waktu itu sedang di rumah ustadz untuk tahfidz, dia bertemu vensya teman akrabnya….maka dengan muka bebinar bahagia, dia menghampiri vensya…
“Ven…ven…jarene bundaku…aku…aku wis hampir limo…” dengan bahasa jawa yang kaku, dia menyampaikan kabar gembiranya….
“Kapan Ziz?
“Marine…bulan Juli…” aku mendengarkan, mengamati wajahnya…mengamati percakapan mereka berdua dengan senyum…
“Aku lho, wis atene enem…”
“ha? Enem?....” Iziz seperti tidak pecaya.
“Iyo..aku marine wis ate nem tahun…”
Iziz menatapku…seperti mau senyum…seperti sedih…aku sulit menggambarkan perasaannya….
Aku hanya tersenyum…senyum…tapi kasian juga anakku. Dia ingin seperti temannya…
Ketika dia menghampiriku…”Kakak sebentar lagi lima tahun…lalu enam tahun…lalu tujuh tahun….”
“Aku juga mau enam ya, Bunda”
“Iya nak…tahun depan lagi….”
Duh, kasian anakku….tapi dia belum paham konsep perjalanan waktu….jika tanggal, hari, dan bulan dia bisa…tapi pergantian taun dia belum bisa….

Sementara ini…jika iziz bertanya tentang usianya…aku bilang…iya setelah lima tahun…kakak juga enam tahun. Sama seperti Vensya. Dan dia pasti berteriak…yeeee….aku juga mau enam…..

Thursday, January 1, 2009

ADA TAKDIR KITA DALAM DIRI ISTRI KITA

Saya masih ingat tentang sekelumit kisah suami istri yang sedang berada di suatu SPBU, kisah ini saya dapatkan dari salah seorang temen saya yang diberikan kepada saya ketika saya mau menikah dulu, terlepas dari fiktif atau tidaknya cerita itu ada hikmah tersendiri yang saya rasakan atas cerita pendek itu.

Suatu hari ada seorang direktur perusahaan ternama sedang naik mobil bersama istrinya, karena bensin mobilnya akan habis, maka keduanya mampir di sebuah SPBU untuk mengisi kembali bensin mobil mereka. Saat mobil sedang diisi, dan sang direktur menunggu petugas selesai mengisi bensin mobilnya, tiba-tiba sang istri keluar dari mobil dan melangkahkan kakinya ke seorang petugas SPBU yang sedang berdiri di sisi yang lain. Sang direktur hanya melihat istrinya dari jauh, tanpa tahu apa yang dibicarakan, yang jelas keduanya nampak asyik berbicara, seperti dua kawan lama yang lama tak jumpa. Saat mobil selesai diisi, maka sang direktur membunyikan klakson mobil untuk memberikan isyarat kepada istrinya. Mendengar klakson mobil, sang istri segera bergegas menuju mobil. Rupanya sang direktur penasaran dengan apa yang dibicarakan istrinya dengan petugas SPBU tadi."Siapa tadi, kok asyik banget ngobrolnya" tanya sang direktur, "oh....itu tadi temen SMA-ku, dia dulu itu mantan pacarku waktu SMA, sebelum aku ketemu dengan-mu", jawab istrinya. "Pantes, asyik banget ngobrolnya. Untung ya kamu gak jadi nikah sama dia, kalau kamu nikah sama dia mungkin kamu tidak akan bisa jadi istrinya direktur, tapi jadi istri petugas SPBU..." kata Sang direktur."ah tidak juga, sebenarnya kamulah yang beruntung, kalau kamu gak nikah sama aku mungkin kamu tidak jadi direktur seperti saat ini, bisa jadi kamu jadi yang lain jika menikah dengan orang lain.." timpal istrinya.....

Mungkin sederhana cerita di atas, cuma jika kita renungkan dalam-dalam maka kita bisa mengambil hikmah yang besar yaitu rasa syukur yang mendalam karena kita menikah dengan istri kita saat ini. Mungkin diantara kita dulu pernah merajut asmara dengan orang lain tapi gagal, atau mungkin kita pernah menaruh hati pada seorang perempuan tapi tak kesampaian untuk mengungkapnya sehingga akhirnya kita menjadi suami dari istri kita saat ini. Maka jika kita renungkan sesungguhnya istri kita saat ini adalah bagian dari takdir kita. Saat kita memilih seorang wanita untuk menjadi istri kita saat ini maka sesungguhnya kita telah memilih takdir kehidupan kita selanjutnya. Mungkin kita tidak akan bisa menjadi seperti saat ini seandainya kita tak menikah dengan istri kita, mungkin kita akan mendapati hidup kita lebih baik atau lebih jelek seandainya kita menikah dengan orang lain. Maka sesungguhnya, dalam diri istri kita ada sebagian takdir dan rejeki untuk kehidupan kita. Begitupula diri kita, merupakan bagian dari takdir istri kita sehingga mereka dengan menjadi istri kita menjadi orang yang seperti saat ini, seandainya istri kita tidak menikah dengan kita mungkin mereka akan mendapati hidupnya lebih baik atau bahkan hidupnya lebih jelek dari saat ini. Jadi sesungguhnya istri kita adalah bagian dari takdir atas jalan dan cerita hidup yang akan kita lalu, dan merupakan sumber takdir rejeki untuk kita begitu pula diri kita merupakan bagian takdir dari cerita dan jalan hidup yang akan dilalui serta rejeki yang dia terima selama hidup bersuamikan diri kita.

Oleh karena itu, apa pun yang terjadi saat ini, apa pun yang kita jalani saat ini, dan apa pun istri kita harus kita syukuri keberadaannya. Karena pada saat ada lintasan pikiran kita yang mengatakan "ah...seandainya saya menikah dengan dia, tidak dengan istri saya maka saya mungkin tidak hidup seperti ini.." maka sesungguhnya lintasan pikiran seperti itu hanyalah tipuan kita, sebab kita tak bisa menentukan dan memberikan kepastian seandainya betul kita tak menikah dengan istri kita saat ini apakah kita bisa memastikan bisa meraih apa yang kita inginkan dalam lintasan pikiran tadi...? saya yakin belum tentu kita akan mendapatkan apa yang ada dalam lintasan pikiran kita. Takdir itu ibarat pintu, saat pintu itu tertutup maka kita tak pernah tahu ada apa dibalik pintu itu ketika nanti kita membukanya, kita baru tahu sesuatu dibalik pintu itu ketika kita sudah membuka pintu itu, dan kita juga tak pernah tahu ada apa dibalik pintu-pintu yang lain. Saat kita memilih istri kita saat ini maka sesungguhnya kita membuka salah satu pintu takdir kita yang akhirnya kita jalani saat ini, dan kita tak pernah tahu apa benar keinginan hati kita itu ada di pintu yang lain yang ingin kita pilih tadi...? Jadi syukurilah istri kita saat ini karena istri kita adalah bagian dari skenario hidup dan rejeki kehidupan kita saat ini.

Wednesday, December 10, 2008

ANTARA KEPALA KELUARGA DAN KEPALA RUMAH TANGGA

Sekilas tidak ada bedanya antara kepala rumah tangga dan kepala keluarga jika kita lihat dari sisi makna bahasa. Masyarakat pada umumnya sudah mafhum jika disebut kepala rumah tangga pasti sama makna dengan kepala keluarga, artinya kedua kata itu merupakan sinonim kata. Apa benar kepala rumah tangga itu sama dengan kepala keluarga..? Jika memiliki arti yang sama apakah juga merujuk pada orang yang sama ? Jika sama maka dimanakah letak pembagian tugas antara suami dan istri dalam kehidupan berumah tangga..?
Mari kita simak salah satu hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari "Rasulullah bersabda: setiap kalian adalah pemimpin yang bertanggung jawab atas yang dipimpinnya. Seorang amir adalah pemimpin atas rakyatnya dan ia bertanggung jawab atas yang dipimpinnya. Seorang laki-laki adalah pemimpin di keluarganya dan ia bertanggung jawab atas yang dipimpinnya. Seorang perempuan adalah pemimpin di rumah suaminya dan anaknya, dan ia bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang hamba sahaya adalah pemimpin atas harta tuannya dan ia bertanggung jawab atas yang dipimpinnya. Setiap kalian ada pemimpin dan setiap pemimpin bertanggung jawab atas yang dipimpinnya". Jika kita simak secara lebih dalam kandungan hadist tadi maka kita mendapatkan bahwa antara kepala keluarga dan kepala rumah tangga merupakan dua makna dan dua posisi yang berbeda dan disandang oleh dua orang yang berbeda. Jika merujuk pada hadist tersebut maka suami merupakan kepala keluarga yang bertanggung jawab atas keseluruhan anggota keluarga yang ada, sedangkan istri adalah kepala rumah tangga yang bertanggung jawab atas urusan rumah tangga.
Jadi sebenarnya antara kepala keluarga dan kepala rumah tangga adalah dua makna dan dua fungsi yang berbeda. Kepala keluarga merupakan peran dari seorang suami yang bertanggung jawab atas keseluruhan keluarga, sedangkan kepala keluarga merupakan posisi yang difungsikan oleh seorang istri untuk mengurus masalah-masalah rumah tangga. Perbedaan kedudukan tersebut ditegaskan dalam surat At Tahrim ayat 6 " Hai orang-orang yang beriman lindungilah diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu..." Suami sebagai kepala keluarga memiliki tanggung jawab untuk menyelamatkan dan melindungi keseluruhan anggota keluarga dari api neraka, artinya suami sebagai kepala keluarga merupakan orang yang mengarahkan dan memimpin seluruh anggota keluarga untuk beriman kepada Allah. Sedangkan istri sebagai kepala rumah tangga merupakan "ratu rumah tangga" yang mempunyai tanggung jawab untuk membangun dan mengelola suasana rumah tangga yang nyaman dan aman serta kondusif untuk menumbuhkan rasa kasih sayang sesama anggota keluarga dan menumbuhkan suasana yang kondusif untuk tumbuhnya iman dari setiap anggota keluarga yang akan diperankan oleh sosok ayah (suami).
JIka kita tengok kehidupan keluarga di Jepang mereka telah mengaplikasikan konsep kepala rumah tangga dan kepala keluarga yang sumbernya dari Islam itu. Di masyarakat Jepang, ibu merupakan kepala rumah tangga yang wajib dihormati oleh setiap anggota keluarga dalam menjalankan wewenangnya mengatur rumah tangga. Jika seorang anak mau tidur atau pun keluar rumah mereka minta ijin ke ibu sebagai kepala rumah tangga, ataupun mereka mau mandi anak-anak akan meminta ijin kepada ibu mereka. Bahkan pembelanjaan uang gaji suaminya yang mengatur adalah istrinya, maksudnya istri yang membuat anggaran dan alokasi kebutuhan rumah tangga secara umum, anggaran untuk anak-anak, dan anggaran untuk suaminya. Semua urusan dan keputusan yang berkaitan dengan masalah pengelolaan kebutuhan rumah menjadi tanggung jawab penuh dari seorang ibu. Tetapi untuk pengambilan keputusan yang menyangkut kehidupan keluarga secara umum maka fungsi tersebut berada di tangan suami.
Karena sebagai kepala keluarga maka suami harus mampu membingkai seluruh kehidupan keluraganya dengan keimanan kepada Allah, sedangkan istri adalah yang membangun isi atas bingkai tadi. Sehingga dengan pembedaaan peran dan fungsi bahwa suami adalah kepala keluarga dan istri adalah sebagai kepala rumah tangga maka akan bisa diciptakan sinergisitas atas keduanya, dan setiap pihak akan bisa saling menghormati peran dan tanggung jawabnya sesuai dengan apa yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya. Sebagai suami kita harus menghormati kedudukan istri kita sebagai kepala rumah tangga yang memiliki wewenang penuh untuk mengelola kehidupan rumah tangga, sedangkan suami sebagai pemimpin keluarga yang akan memberikan bingkai dan arah kemana biduk keluarga akan di arahkan.

Tuesday, December 9, 2008

MENENTUKAN MOMENTUM MENIKAH

Masalah besar bagi para bujangan adalah menentukan kapan waktu yang pas untuk menikah. Memang jika kita bertanya pada orang-orang yang telah menikah maka pasti jawabannya sulit untuk didefinisikan, maksudnya alasan mereka memutuskan menikah saat itu tidak bisa dijawab secara terstruktur. Sedangkan di sisi lain banyak para bujangan yang sampai saat ini belum menikah karena terbelunggu oleh indikator-indikator yang menjadikan mereka terbelenggu tidak bisa menikah.
Jika kita melihat realita yang ada di kalangan para bujangan ada dua sisi ekstrem yang saling bertolak belakang. Sisi yang satu adalah kelompok para bujangan yang memiliki semangat menikah cukup tinggi, dalam benak mereka menikah adalah sesuatu yang indah, sesuatu yang menjanjikan kebahagian dalam hidup. Asumsi dan bayangan mereka tidaklah salah, cuman seringkali karena kurang proporsional dalam memandang pernikahan menjadikan mereka berpandangan simplikasi atas pernikahan, yang jika tidak diimbangai dengan pemahaman dan kesiapan mental yang baik akan menjadikan bahtera rumah tangga menjadi goyang karena tidak siap menghadapi suatu hal yang diluar dugaan sebelumnya. Sisi yang lain adalah kelompok para bujangan yang terlalu memandang bahwa pernikahan adalah sesuatu yang menyeramkan dan menakutkan, menikah adalah suatu pekerjaan berat. Dalam benak mereka dalam menikah dan hidup berumah tangga banyak terjadi masalah, karena itu mereka harus mempersiapkan diri secara matang agar tidak terjebak dalam masalah-masalah rumah tangga. Asumsi mereka bahwa kehidupan rumah tangga akan ada masalah adalah bukan hal yang salah, kesalahan mereka adalah terlalu menjadikan bahwa menikah adalah pekerjaan yang sulit, sehingga mendorong mereka membuat ukuran-ukuran kapan mereka harus menikah yang sulit dan lama dalam mencapainya, sehingga mereka lama tidak menikah-menikah karena merasa belum cukup bekal untuk menikah.
Sebenarnya, ada dua ukuran utama yang menjadi dasar bagi setiap pemuda Islam untuk menentukan kapan waktu dan momentum yang tepat untuk menikah supaya tidak terjebak dalam dua sisi yang ekstrem tadi. Ukuran pertama adalah ukuran usia. Usia yang paling tepat untuk menikah adalah usia 24 tahun sampai dengan 28 tahun. Dalam range usia tersebut semangat dan tekad untuk menikah dari seseorang akan mengalami titik equilibrium. Artinya pada usia-usia tersebut seseorang akan bisa berpikir secara bijak antara perasaan untuk menyegerakan menikah dan kedewasaan seseorang dalam memandang pernikahan itu. Artinya dalam range usia tersebut merupakan usia dimana seseorang memiliki semangat untuk menikah dan memiliki pandangan yang seimbang terhadap pernikahan dan kehidupan berumah tangga. Sebab begitu seseorang memasuki usia 29 sampai 35 tahun maka orang tersebut akan hilang semangat untuk menikah dan semakin jelek presepsinya terhadap menikah, idealismenya mulai luntur sehingga dalam mencari pasangan pun asal dapat dsb. Sedangkan jika usia di bawah 24 tahun maka nafsu dan semangat untuk menikah lebih dominan sehingga seringkali mengabaikan kesiapan mental dalam menghadapai persoalan hidup setelah menikah.
Ukuran kedua yang bisa dijadikan momentum seseorang menikah adalah hukum nikah yang dikenakan pada diri seseorang. Hukum nikah yang dikenakan pada diri seseorang bisa bersifat wajib, sunnah, mubah, dan haram. Seseorang wajib menikah jika dengan menikah tersebut menjadikan dia terhindar dari perbuatan dosa besar setelah segala macam cara untuk menghindari dosa besar itu tidak bisa mencegahnya dari perbuatan dosa besar maka menikah adalah wajib bagi orang tersebut. Jika ada seorang pemuda yang telah berupaya menjaga dirinya dari dosa nafsu seks (birahi) dengan cara berpuasa sunnah ternyata tetap tidak bisa menghindarikan diri dari dosa maka dia wajib untuk menikah. Tetapi yang perlu dicatat bahwa katagori wajib ini jika segala upaya telah dilakukan baru kemudian dapat disimpulkan wajib menikah bagi dirinya. Karena seringkali seseorang karena sangat kepingin nikah padahal dia masih bisa mencegah berbuat dosa dengan cara yang lain menjadikan hukum wajib menjadi salah satu alasan dia untuk menyegerakan menikah, padahal secara realita mungkin dia belum masuk katagori wajib. Karena itu jika seorang pemuda sudah berpenghasilan tetapi sering melakukan perbuatan dosa atau tidak mampu menjaga diri dari perbuatan dosa maka hukumnya wajib baginya untuk menikah. Seseorang masuk dalam kataqori sunnah dalam menikah jika secara realita dia bisa menjaga diri dari perbuatan dosa tetapi secara kondisi dia telah memiliki bekal yang cukup untuk menikah, seperti dia sudah bisa berpenghasilan dan secara umur tidak ada masalah maka akan mendatangkan kebaikan jika dia menikah segera. Dan seseorang akan masuk dalam katagori mubah jika dia mampu menjaga diri dari perbuatan dosa dan secara umur sudah cukup serta tidak ada hal-hal lain yang menjadikan perbedaan antara menyegerakan atau menunda menikah maka dia masuk dalam katogori mubah. Dan seseorang bisa masuk dalam katagori haram untuk menikah jika menikahnya dia akan membawa keburukan baik bagi dirinya maupun orang yang akan dinikahi.
Jadi dengan mengukur berapa umur anda sekrang saat ini dan bagaimana kondisi anda saat ini apakah termasuk katagori wajib, sunnah, mubah bahkan haram untuk menikah akan dapat menentukan kapan momentum yang tepat untuk melaksankan pernikahan. Setiap orang memiliki kondisi yang berbeda-beda, tetapi dengan ukuran umur dan sebab-sebab jatuhnya hukum menikah bagi seseorang akan bisa mengukur kapan momentum yang tepat untuk menikah, jika masuk dalam katagori wajib maka saat ini juga anda harus segera menikah, jika dalam kataqori sunnah maka janganlah menunda terlalu lama, jika masuk dalam katagori mubah maka anda dapat menunda beberapa lama sampai anda masuk dalam katagori sunnah dan wajib. Dan jika anda masuk katagori haram maka jangan anda lakukan pernikahan itu. Jadi kapan momentum menikah itu akan anda tentukan...?